The time is...

Selasa, 15 Maret 2011

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare




1. PENGERTIAN

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.

2. PENGKAJIAN

a. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

b. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

c. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

e. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan

- Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.

- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 - 16 buah

- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2) Perkembangan

(a) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

(b) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :

1. Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)

2. Meniru membuat garis lurus (GH)

3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

4. Melepaskan pakaian sendiri (BM)

i. Pemeriksaan Fisik

(1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

(2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

(3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih

(4) Mata : cekung, kering, sangat cekung

(5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

(6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

(7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .

(8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

(9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

(10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

j. Pemeriksaan Penunjang

(1) Laboratorium :

Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

(2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

e. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.

f. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

4. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.

Tujuan :

Keseimbangan dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

1) Tanda vital dalam batas normal

2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

3) Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

2) Pantau intake dan output

3) Timbang berat badan setiap hari

4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi sesuai dengan kondisi pasien.

Implementasi :

1) Mengkaji adanya kekurangan cairan pada anak dan mengkaji jumlah elektrolit pasien dengan melakukan kolaborasi dengan tim laborat untuk mengecek jumlah elektrolit darah.

2) Memantau jumlah intake dan output anak sesuai degan tahap tumbuh kembang anak.

3) Menimbang berat badan pasien setiap pagi

4) Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi cairan agak banyak agar tidak terjadi dehidrasi.

5) Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi sesuai dengan kondisi pasien.

Evaluasi :

Tidak terdapat tanda tanda dehidrasi pada anak dan kebutuhan elektrolit pada anak terpenuhi dengan baik dengan melihat hasil pemeriksaan laboratorium.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi anak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak

Kriteria :

1) Nafsu makan meningkat

2) BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam

5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a. Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b. Obat-obatan atau vitamin ( A)

Implementasi ;

1) Mendiskusikan dengan keluarga tentang pembataan diet pada pasien, agar tidak terlalu membebani kerja pencernaan

2) Menciptakan lingkungan yang bersih dan jauh dari bau yang tidak sedap.

3) Menganjurkan kepada keluarga agar anak menambah jam istirahat nya.

4) Melakukan monitor pada jumlah intake dan output pasien

5) Melakukan kolabirasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.

Evaluasi :

Nafsu makan anak menjadi meningkat dan berat badan anak menjadistabil dengan di lakukan cek berat badan setiap pagi hari.

c. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi

Kriteria hasil :

Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan

2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)

5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

Implementasi :

1) Melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan pasien, agar keluarga merasa lebih tenang dan lebih tau dengan tindakan perawatan yang dilakukan ke pasien.

2) Menghindari persepsi yang salah terhadap tindakan yang dilakukan ke pasien, karena berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien.

3) Memberikan pujian jika klien mau melakukan tindakan keperawatan secara mandiri.

4) Melakukan kontak sesering mungkin dengan pasien dan keluarga, dan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dengan menggunakan kat akata yang mudah dimengerti oleh keluarga pasien.

5) Memberikan mainan sebagai rangsangan sensori, dan mengurangi tingkat kecemasan pasien.

Evaluasi :

Pasien tidak rewel dan pasien tampak lebih tenang dengan kondisi rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikankomentar pada posting yang saya buat, berikan saran maupun kritik yang pastinya nanti akan menjadikan blog ini menjadi lebih bermanfaat bagi kita semua...