The time is...

Selasa, 15 Maret 2011

Asuhan Kreperawatan Anak Dengan Ensephalitis




1. PENGERTIAN

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS (Central Nervus System) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent.

2. PENGKAJIAN

a. Identitas

Umur : dapat menyerang semua kelompok umur.

Jenis Kelamin : tidak terdapat perbedaan.

Status ekonomi : sering terjadi keadaan nutrisi yang buruk, karena faktor ekonomi.

Lingkungan tempat tinggal yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan menunjang juga terjadinya penyakit ini.

b. Riwayat Keperawatan

1) Keluhan Utama.

Kejang-kejang dapat disertai dengan penurunan kesadaran,tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (kaku kuduk,.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara umum, nyeri ekstremitas, mudah terangsang/irritable, demam (39°- 41°C), nafsu makan menurun, muntah-muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pucat, gelisah,

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Anak pernah menderita penyakit yan disebabkan oleh virus, seperti virus influenza, varisella,adenovirus, coxsachie, echovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri, parasit satu sel, cacing, fungus, riketsia.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang dapat menular kepada anak.

c. Riwayat Tumbuh Kembang

Anak usia todler adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 12-36 bulan. Pada usia ini anak mengeksplorasi secara giat tentang lingkungannya sepereti berusaha mengetahui bagaimana sersuatu bekerja, apa kata-kata dan bagaimana mengontrolnya dengan tuntunan, negativisme dan berkeras kepala.

Masa ini merupkan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual.

Perkembangan Biologis.

Rata-rata penambahan berat badan sekitar 1,8 – 2,7 kg atau kurang lebih 2,5 kg/tahun. Pada usia 2 tahun rata-rata BB 12 kg dan pada usia 2,5 tahun menjadi 4 kali berat badan waktu lahir. Penambahan TB juga melambat kurang lebih 7,5 cm/tahun.

Perekembangan fungsi Mental/intelektual mulai lahir – 2 tahun.

Pada masa ini anak berkembang dari aktif refleks ke pengulangan tingkah laku sederhana, anak juga mulai merasakan penyebab sesuatu dan akibatnya. Keingintahuan anak besar dan memcoba memperoleh kesenangan. Dan mulai menyadari dirinya dan obyek yang menarik diluar dirinya. Pada tahap akhir dari masa ini kemampuan bahasa anak mulai berkembang.

Perkembangan Psikososial/Emosional

Bayi setelah lahir tidak berdaya terhadap lingkungannya, sehingga ia harus dibantu untuk mempertahankan hidupnya, seperti sewaktu masih dalam kandungan dimana hidupnya secara teratur dan nyaman serta semua kebutuhannya dipenuhi.

d. Pola-pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tatlaksana hidup sehat

Riwayat imunisasi yang telah diberikan

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Terjadi perubahan dalam kebiasaan atau jenis makanan yang diberikan akibat dari kondisi penyakitnya

3. Pola Eliminasi

Terjadi perubahan dari karakteristik faeses dan urine (warna , konsistensi, bau), dapat terjadi inkontinensia atau retensi dari urin atau alvi, nyeri tekan abdomen.

4. Pola Tidur dan Istirahat

Anak menjadi mudah terangsang/irritable, terjadi kejang spastik, penurunan kesadaran (apatis-koma).

5. Pola Aktivitas

Dapat ditemukan gerakan-gerakan yang involunter, hipotonia, keterbatasan dalam rentang gerak, ataksia, kelumpuhan, masalah dalam hal berjalan atau keterbatsan akibat dari kondisi penyakitnya.

6. Pola Hubungan dan Peran

Terjadi perubahan status mental sehingga

7. Pola Persepsi dan Konsep diri

Pada anak usia Toddler tidak dapat diikuti

8. Pola Sensori dan Kognitif

Pada anak usia toddler dengan keadaan terjadi penurunan tingkat kesadaran terjadi penurunan status mental, bisa terjadi letargi sampai kebingungan yang sangat berat hinggga koma, delusi atau halusinasi/psikosis organik.

9. Pola Reproduksi Seksual

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.

b. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak

c. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif

e. Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori, transmisi sensori dan integrasi sensori

f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik

4. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan :

1) Pasien kembali pada keadan status neurologis sebelum sakit

2) Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil :

1) Tanda tanda vital dalam batas normal

2) Rasa sakit kepala berkurang

3) Kesadaran meningkat

4) Tidak ada atau hilangnya tanda tanda tekanan intrakranial yang meningkat

Intervensi :

1) Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

2) Monitor tenda tanda status neurologis dengan GCS

3) Monitor tanda tanda vital tiap 4 jam sekali

4) Monitor intake dan output

5) Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan nafas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur

6) Memberikan terapi sesuai dengan advis tim medis

Implementasi :

1) Membatasi pergerakan pasien dengan memposisikan pasien bed rest total dengan posisi terlentang

2) Melakukan pengkajian tingkat kesaadaran pasiendengan GCS

3) Memonitor tanda tanda vital pasien tiap 4 jam sekali

4) Memonitor jumlah intake dan output dan melakukan pencatatan secara berkala

5) Memberikan terapi sesuai dengan advis tim medis

Evaluasi :

Kesdaran pasien meningkat dengan di tandai tanda tanda vital pasien yang normal dan tidak adanya rasa nyeri pada kepala

b. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak

Tujuan :

Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang/ rasa sakit terkontrol

Kriteria hasil :

1) Pasien dapat tidur dengan tenang

2) Memverbalisasikan penurunan rasa sakit

Intervensi :

1) Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang

2) Kompres dingin (es) pada kepala dan kain pada mata

3) Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati

4) Memberikan terapi sesuai dengan advis tim medis

Implementasi :

1) Memberikan ingkungan ruang perawatan yang aman dan tenang

2) Memberikan kompres dingin dan penutup kepala berupa kain basah untuk terapi distraksi

3) Melakukan latihan geak pasif maupun aktif sesuai dengan kondisi pasien

4) Memberikan terapi sesuai dengan advis tim medis

Evaluasi :

Pasien tampak tidak kesakitan dan pasien dapat mengontrol rasa nyeri yang ada

c. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan :

Pasien bebas dari injuri yang di sebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Kriteria hasil :

1) Rasa nyeri yang dirasakan pasien berkurang

2) Tanda tanda vital pasien

Intervensi :

1) Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka dan lainnya

2) Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasn ranjang,papan pengaman dan alat suction selalu berada dekat pasien

3) Pertahankan bed rest total selama fase akut

4) Memberikan terapi sesuai dengan advis timmedis

Implementasi :

1) Memonitor tanda tanda kejang pada pasien

2) Memberikan lingkungan perawatan yang aman dan tenang kepada pasien, denan memberikan batasan pada tempat tidur

3) Membertahankan bed rest total selama masih dalam fase akut

4) Memberikan terapi sesuai dengan tim medis

Evaluasi :

Rasa nyeri pada pasien berkurang dan tidak terdapat tanda tanda kejang pada pasien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikankomentar pada posting yang saya buat, berikan saran maupun kritik yang pastinya nanti akan menjadikan blog ini menjadi lebih bermanfaat bagi kita semua...