The time is...

Selasa, 15 Maret 2011

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kejang Demam



1. PENGERTIAN
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

2. PENGKAJIAN
a. Anamnese
1) Data subyektif
a) Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b) Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
(1) Apakah betul ada kejang ?
(2) Apakah disertai demam ?
(3) Lama serangan
(4) Pola serangan
(5) Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
(6) Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik ?
(7) Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
(8) Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
(9) Frekuensi serangan
c) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
e) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
f) Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
g) Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
h) Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
i) Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak ?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
j) Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?

k) Pola Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?

l) Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ? Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?

2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan secara keseluruhan yaitu pemeriksaan head to toe
b) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan glukosa darah, BUN, Elektrolit, memeriksan cairan serebro spinal
c) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi meliputi pemeriksaan skull ray, dan bila memungkinkan untuk di lakukan pemeriksaan CT Scan

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.
b. Potensial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot


c. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

4. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

Tujuan :
Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi serangan kejang ulang
2) Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi)
36 – 37,5 º C (anak)
3) Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
4) Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
5) Kesadaran composmentis
6) Tidak terjadi kejang ulang

Rencana Tindakan :
1) Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
2) Berikan kompres dingin
3) Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
4) Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
5) Batasi aktivitas selama anak panas
6) Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.

Implementasi :
1) Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis
2) Memberikan kompres dingin
3) Memberikan ekstra cairan untuk mencegah terjadinya peningkatan suhu badan
4) Membatasi aktifitas anak dengan cara bed rest total
5) Observasi tanda tanda vital anak tiap 4 jam sekali
6) Memberikan terapi sesuai dengan advis tim medis

Evaluasi :
Pasien tidak panas dan tidak terjadi kejang pada anak dan di tandai dengan tanda tanda vital yang normal

b. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
Tujuan :
Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

Kriteria Hasil :
1) Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
2) Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3) Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.

Intervensi :
1) Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
2) Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
3) Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
4) Letakkan klien di tempat yang lembut.
5) Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
6) Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang

Implementasi :
1) Memberikan pengaman pada sisi tempat tidur yang lebih rendah
2) Damping pasien jika pasien pada awaktu kejang
3) Memberikan tongue spatel apadapasien untuk berjaga jaga ada waktu kejang
4) Letakkan pasien pada tempat yang lembut agar sewaktu terjadi kejang tidak membahayakan pasien
5) Mengobservasi tanad tanda kejang
6) Mencatat tanad tanad vital pasien setiap 4 jam sekali.

Evaluasi :
Pada waktu terjadi kejang kondisi lingkungan pasien tidak membahayakan pasien.

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
2) RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.

Intervensi :
1) Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
2) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
3) Pertahankan suhu tubuh normal
4) Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
5) Atur sirkulasi udara ruangan.
6) Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
7) Batasi aktivitas fisik

Implementasi :
1) Mengkaji factor penyebab hipertermi
2) Melakukan observasi tanda tanda vital setiap 4 jam sekali
3) Mempertahankan suhu tubuh agar normal terus denganmemberikan cairan ekstra
4) Menganjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan mudah menyerap keringat
5) Mengatur sirkulasi udara ruangan
6) Menmberikan cairan ekstra kepada pasien untukmencegah terjadinya hipertermi.
7) Membatasi aktivitas pasien dengan melakukan bed rest total

Evaluasi :
Pasien tidak panas dan rasa nyaman pasien juga terpenuhi dengnan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikankomentar pada posting yang saya buat, berikan saran maupun kritik yang pastinya nanti akan menjadikan blog ini menjadi lebih bermanfaat bagi kita semua...