Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
2. PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (<>
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.
c. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS <>
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:
1. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
2. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan kritis pasien
3. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
4. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
1) Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
2) Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
3) Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
4) Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
5) Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
6) Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Implementasi :
1) Memonitor dan mencatat tingkat kesadaran pasien
2) Mengobservasi tanda tanda vital tiap 2 jam
3) Mempertahankan posisi kepala sejajar dengan tubuh
4) Menmberikan batas pada kedua sisi kanan dan kiri tempat tidur
5) Memberikan oksigen pada pasien sesuai dengan kebutuhan.
6) Memberikan terapi sesuai dengan advice tim medis.
Evaluasi :
1) Keadaan umum pasien lebih baik (GCS meningkat, Tekanan Darah Stabil, Nadi teratur, Respirasi normal, pasien tidak gelisah)
b. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang
Kriteria evaluasi :
- Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
- Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
- Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya antara keluarga pasien dan perawat.
2. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
3. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
4. Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Implementasi :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga pasien
2. Memberi penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan ke pasien
3. Memberlakukan jam kunjung dan membatasi pengunjung
4. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakit yang di derita dan menjawab semua pertanyaan pasien dan keluarga pasien dengan jelas.
Evaluasi
1. Keluarga pasien tidak tampak cemas dan bertanya tanya mengenai kondisi pasien
2. Keluarga bisa berkomunikasi dengan pasien.
3. Keluarga pasien paham mengenai kondisi pasien dan tindakan yang dilakukan dalam keadaan darurat.
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria Hasil :
1. Tidak tampak ada nya tanda-tanda dekubitus
Rencana tindakan :
1) Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
2) Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
3) Ganti posisi pasien setiap 2 jam
4) Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
5) Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 4 jam.
6) Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2.
Implementasi :
1) Melakukan observasi pada kulit secara berkala
2) Memberikan bantalan pada kaki, agar tidak terjadi lecet
3) Mobilisasi, alih baring tiap 2 jam
4) Mengganti alat tenun yang basah agar tidak terjadi kelembaban
Evaluasi :
1) Tidak terdapat tanda tanda infeksi dan dekubitus pada kulit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berikankomentar pada posting yang saya buat, berikan saran maupun kritik yang pastinya nanti akan menjadikan blog ini menjadi lebih bermanfaat bagi kita semua...