1. PENGERTIAN
Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.
2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
c. Riwayat penyakit dahulu:
Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
Pernah berobat tapi tidak teratur?
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
Daya tahan yang menurun.
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
d. Riwayat pengobatan.
1) Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan.
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.
Tidak bersemangat dan putus harapan.
3) Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
e. Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
f. Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
g. Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
h. Pola aktifitas – latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
i. Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
j. Pola kognitif – perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
k. Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
l. Pola peran – hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
m. Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
n. Pola koping – toleransi stres
Menarik diri, pasif.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
b. Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
c. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
d. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
e. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
f. Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
Kadang terjadi abses.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
a. Uji tuberkulin
Infeksi TB ® imunitas seluler ® hipersensitifitas tipe lambat ® uji tuberkulin +.
b. Foto rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
Gambaran klinis:
Tanpa gejala.
Gejala umum/tidak spesifik.
Demam lama.
BB turun/tidak naik.
Malnutrisi.
Malaise.
Batuk lama.
Diare berlanjut/berulang.
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
c. Pemeriksaan mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 – 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
d. Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
e. Lain-lain
Uji faal paru.
Bronkoskopi.
Bronkografi.
Serologi.
dll.
5. DIAGNOSA PERAWATAN
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko Sekret yang kental
b. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi
c. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan
d. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum
6. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko Sekret yang kental
Tujuan :
Pasien dapat bernafas denganbaik tanpa menggunakan alat bantu
Kriteria hasil :
1) Pasien tampak lebih nyaman
2) Pasiendapat bernafas dengan normal tanpa menggunakan alat bantu
Intervensi :
1) Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
2) Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
3) Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
4) Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
5) Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Implementasi :
1) Mengkaji pernafasan klien dengan melakukan pemeriksaan auskultasi
2) Memonitor adanya perubahan tingkat kesadaran pasien dengan melakukanpemeriksaan tanda tanda vital pasien tiap 4 jam sekali
3) Melakukan suction jika terdapat penumpukan sekret pada jalan nafas
4) Mengajrkan pada pasien bagaimana melakuakn batuk efektif yang benar
5) Menganjurkan kepada pasien untuk melakukan bed rest total
Evaluasi :
Pasien dapat bernafas denganbaik tanpa menggunakan alat bantu dan tanda tanda vital pasien dalam batas normal.
b. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi
Tujuan :
Tidak terdapat tanda tanda infeksi pada pasien
Kriteria hasil :
1) Tanda tanda vital normal
2) Tidak terdapat tanda tanda infeksi pada pasien
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan tim laboratorium.
2) Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
3) Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
4) Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.
5) Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
6) Gunakan masker setap melakukan tindakan
7) Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
8) Monitor temperature
9) Kkolaborasi dengan tim medis
Implementasi :
1) Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalammelakukan pemeriksaan terhadap penyakit yang diderita pasien.
2) Membantu klien dalam memberikan penjelasan terhadap penyakit yang diderita nya agar pasiendapat lebih menerima keadaannya sebagai pengidap penyakit yang menular
3) Menjelaskan kepada keluarga dan klien siapa saja yang beresiko tinggi untuk tertular penyakit yang sedang diderita pasien
4) Menjelaskan kepada pasien tentang pengobatan yang akan dilakukan
5) Menganjurkan kepada pasien untuk menampung dahak pasien ketika batuk untuk mencegah terjadinya penularan
6) Selalu menganjurkan kepada keluaraga untuk memakai masker agar tidak tertular
7) Memonitor tanda tanda vital pasien setiap 4 jam sekali
8) Memberikan terapi sesuai dengan advis tim medis sesuai dengan kondisi pasien
Evaluasi :
Tidka terdapat tanda tanda infeksi pada pasien dan keluarga pasien mengerti degnan penyakit yang diderita pasien.
c. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan
Tujuan :
Pasien dan keluarga dapat lebih memahami penyakit yang di derita pasien
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga tidak bertanya tanya dengan kondisi pasien
2) Terdapat respon positif pada pasien terhadap penambahan pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
Intervensi :
1) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan klien
2) Melakkan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik
3) Mengajakdiskusi kepada pasien dan klien tentang penyakit yang sedang di derita pasien
4) Menjawab semua pertanyaan pasien dengan jelas.
5) Melakukan konseling dengan tim medis bila perlu.
Implementasi :
1) Melakukan pengkajian terhadap tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang sedang diderita
2) Membina hubungansaling percaya dengan melakukan komunikasi terapeutik
3) Mengajak diskusi pasien dan klien
4) Menjawab pertanyaan pasiendengan menggunakan kata kata yang mudah dimengerti
5) Melakukan kolaborasi dengan tim medis bila perlu untuk konsultasi.
Evaluasi :
Pasien dan klien lebih mengerti dengan penyakit yang diderita nya serta tidak bertanya tanya lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berikankomentar pada posting yang saya buat, berikan saran maupun kritik yang pastinya nanti akan menjadikan blog ini menjadi lebih bermanfaat bagi kita semua...